Gini Amat Jadi Jomlo

Sudah lima kali ini saya menjadi tempat curhat dari teman-teman saya. Kelimanya pun curhat masalah yang sama, masalah percintaan. Masalah yang sudah umum bagi kalangan remaja indonesia.

Awalnya saya menolak. Saya katakan, saya tidak ingin menjadi tempat curhat, tapi saya hanya ingin menjadi pendengar yang baik buat kalian. Bukan karena apa, saya sendiri dalam percintaan bisa dibilang masih kelas teri, saya ini jomlo, alias awam dalam masalah hati. Ya, saya awam dalam percintaan. Oleh karena itu, ketika ada teman yang ingin bercerita ke saya masalah cinta, saya tegaskan, kalian salah orang!

Sebagai teman yang baik, saya tidak lantas menolak mereka untuk curhat sama saya. Saya, selaku pendengar yang baik, mencoba mendengarkan keluh kesahnya, baru setelah saya mengerti perkaranya, saya mencoba kasih saran. Diterima atau tidak saran saya, itu urusan belakangan.

Kesukaan saya sebagai pendengar yang baik membuat teman-teman merasa nyaman curhat dengan saya. Meskipun tidak jarang, ada saja oknum yang mencibir ketika ada teman yang curhat sama saya:

‘Curhat percintaan kok sama orang jomlo, tau apa mereka dalam percintaan’.

‘Jomlo, kok, dipercaya. Musyrik tauk’

‘Sok ngasih solusi, wong pacaran aja nggak pernah. Huuuu’ – khumaid, 20 tahun, remaja hilang arah.

Mas, mbak, sekalipun saya jomlo tulen, saya masih memiliki otak dan hati yang fresh. Belum pernah dikotori sama penyakit yang bernama ‘sakit hati’. Tidak seperti kalian yang telah terkontaminasi oleh zat beracun. Pikiran dan hati kalian sudah butek dan random. Orang yang pernah sakit hati, tidak akan pernah bisa memberi obat kepada penderita sakit hati lainnya. Yang ada malah menularkan pesakitan-pesakitan yang lebih parah.

‘Terus, emang jomlo bisa ngasih saran gitu?’

Ya rabb, gini amat jadi jomlo. Ngasih saran percintaan dikata ngga pengalaman.