Rabu, 30 Maret 2016

Review #INDONESUCKS3 Sidoarjo



Saya sejujurnya berekspektasi tinggi saat mendatangi acara stand up anak-anak Sidoarjo yang notabene sudah beberapa tahun berdiri. Dengan segala pengalaman yang mereka miliki, saya berharap mendapatkan komedi segar a la-a la anak Sidoarjo yang bertemakan keresahannya terhadap Indonesia. Tetapi, secara tulus saya katakan, malam kemarin saya tidak mendapatkan ekspektasi itu. Entah ekspektasi saya yang terlalu tinggi atau memang panitia salah memilih komika yang tampil. Entahlah, saya tak mau tahu permasalahan itu.

Malam sehabis maghrib, saya mendatangi lokasi acara tersebut. Kata panitia, acaranya dimulai pukul 18.30. Sesampainya di sana, saya berpikir kalau saya datang terlambat. Ternyata, tidak. Acaranya belum dimulai. Saya hanya menunggu dengan duduk di kursi yang sudah disediakan. Pada detik itu, saya sedikit kecewa dengan panitia. Mereka terkesan mengulur-ngulur waktu seenaknya tanpa memikirkan penonton yang sudah datang. Padahal seharusnya, mereka menghargai orang yang datang tepat waktu. Dan memulai acara tepat waktu. Bukan malah memulai acara di waktu yang tepat.

Berbicara penampilan, komik yang pertama seperti tidak siap untuk tampil. Seperti lelaki yang menertawakan dirinya sendiri, tapi bagi orang lain (termasuk saya) mungkin tidak lucu. Ketika menulis review ini, saya lupa dia membawakan materi apa. Yang saya ingat hanyalah, ketika sebelum tampil dia duduk tepat di belakang saya. Sama halnya dengan mas-mas yang tampil memakai topi. Saya tak tahu namanya. Ia terlihat seperti orang yang meluapkan emosi. Bukan malah stand up comedy yang terlihat, tapi malah terlihat seperti orang orasi yang sesekali mengeluarkan umpatan-umpatan agak jorok. Kesannya mungkin terlihat lucu, padahal tidak.

Ada dua komik yang menurut saya malam itu cukup pecah di antara komika yang lainnya. Jujur, bukan bermaksud komik yang lain tidak pecah. Tapi secara pribadi, saya menyukai penampilan kedua orang itu. Yang pertama, Sega. Dan yang kedua, Danny. Sega yang berbicara masa SMPnya doyan sama Last Child membuat saya tertarik untuk menaruh Handphone dan fokus untuk mendengarkan. Ia menceritakan keresahannnya bagaimana anak-anak zaman sekarang mudah terinspirasi melakukan hal yang nggak masuk akal. Cara penyampaiannya yang konyol membuat saya ngebatin: 'edan! Kok kepikiran, yah, bikin materi seperti itu?'. Jika diibaratkan komik yang sudah terkenal, ia bagaikan Dodit tanpa biola. Ia diam saja, penonton sudah ketawa.

Yang kedua, Danny. Bisa saya katakan observasinya tajam. Itulah alasan kenapa saya tertarik untuk mendengarkan. Ia mengamati hal-hal kecil seperti sopir angkot yang menawarkan angkutan kepada setiap pejalan kaki di Malang. Ia berhasil membawa saya berpikir dan membayangkan apa yang ia katakan itu benar dan masuk akal. Danny membawakan materinya dengan bahasa yang enak didengar tanpa mengeluarkan umpatan-umpatan yang cenderung kasar. Saya suka itu.

Sedangkan untuk materi, saya suka ketika beberapa komik ada yang membahas tentang ormas-ormas yang suka mengkafirkan orang lain yang nggak se-aliran dengan mereka. Kalau boleh jujur, ini merupakan keresahan sesungguhnya masyarakat Indonesia. Karena inilah yang terjadi saat ini di negeri kita. Secara tidak langsung, materi ini membuat saya tersenyum geli melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kalian keren.

Memasuki penampilan terakhir, yang mungkin ditunggu-tunggu para penonton adalah mas Yudhit. Salah seorang komik yang sudah kenyang pengalaman, asem dan manis dunia stand up. Jujur, malam itu penampilannya tidak buruk, tapi juga tidak begitu lucu. Ia terlihat seperti orang yang memberikan seminar motivasi dengan sedikit celetukan-celetukan komedi yang membuat penonton sedikit tertawa sederhana: 'haha'. Entah, entah itu tertawa karena materinya lucu atau tertawa karena nggak enak sama mas Yudhit, saya tidak tahu. 

Sebagai penutup, saya teringat quote dari mas Yudhit yang mengatakan: 'Meskipun nggak terkenal-kenal amat, yang penting tiap tahun bikin album'. Saya mengamini itu. Saya menghargai usaha kalian mengadakan acara stand up seperti malam kemarin. Ke depannya, saya berharap akan ada acara lagi dengan kualitas yang lebih baik. Karena bagaimanapun, kota tercinta (Sidoarjo) kita ini butuh hiburan.

Viva La Komtung!    

         
















  

      

    
Continue reading Review #INDONESUCKS3 Sidoarjo