Jumat, 05 Februari 2016

Siapa Malingnya?




Hari ini, teman saya kehilangan uang lagi. Tidak banyak memang, tapi cukup untuk mentraktir pacar beli Nasi Goreng plus teh manis, setahun.

Tradisi kehilangan uang seperti ini sebenarnya sudah mendarah daging di kalangan pesantren. Yaaaa agak mirip sama korupsi di dalam negeri. Hampir seluruh santri yang ada di pesantren saya, pernah merasakan kehilangan uang. Rasanya seperti tak afdol jika belum kehilangan uang di pesantren.

Pada banyak kasus, uang yang hilang rata-rata berada dalam almari. Padahal, setiap santri selalu mengunci almarinya setiap waktu. Gitu masih bisa dicuri dengan menjebol gemboknya. Kan, ini sudah di luar logika. Seorang santri, nekat menjebol almari demi segelintir uang. Jangankan dalam alquran, orang waras (kecuali koruptor, maling, etc) pun akan berkata bahwa mencuri itu dilarang. Tidak baik. Tapi, kalian harus tahu, tidak semua santri seperti itu. Contohnya? Ya, jelas toh, saya. Masa Pak SBY? Percayalah! Itu hanyalah sebagian kecil. Ibarat satu karung buah apel, pasti akan ada satu apel busuk di dalam karung tersebut. Nah, yang apel busuk itulah santri yang suka nyolong duit temen sendiri. Biasanya, santri seperti ini nantinya akan memiliki spot khsusus di neraka jahannam. Serius!

Temen saya yang kehilangan uang, lantas tak tinggal diam. Ia melapor ke pengurus dengan harapan akan ditindak lanjuti kasus kehilangan tersebut. Bukan apa-apa, kalau kehilangan sekali, sih, gapapa. Kalau keterusan, ya enak malingnya. Ya toh? Ya meskipun dengan melapor ke pengurus nggak bakal mengembalikan uang yang hilang juga, sih. Tapi, setidaknya laporan itu bisa membuat sebuah warning buat pengurus pesantren, kalau di dalam pesantren itu ada malingnya.

Biasanya, yang merasa kehilangan uang kadang ga cukup melapor ke pengurus saja. Ada juga yang lapor ke paranormal. Tujuannya? Ya biar bisa diterawang siapa yang mencuri uangnya. Tapi, saya tak yakin kalau paranormal itu bisa membantu. Ya, setidaknya udah usaha, toh. Seperti kata pepatah, 'kalian tak akan pernah tahu, kalau kalian tak pernah mencobanya'.

Temen saya yang kehilangan uang, namanya Beni. Sepertinya, dia adalah lelaki yang kurang beruntung bulan ini. Hari ini, dia pulang ke rumah. Konon katanya, dia mau ke paranormal. Sepulang diniyah dia bilang ke saya, 'eng, entar aku pulang bentar?' katanya.

'Udah izin pulang?' tanya saya.

'Gausah lah, wong bentar aja, kok. Cuma ke orang pintar aja, abis itu balik'

'Oh, yaudah, hati-hati'

Beni pun pergi. Menjauh dari pesantren, bersama Afir. Teman kita, anak luar pesantren.

Dari raut muka Beni, terlihat sekali bawaan wajahnya ngajak berantem. Wajah ditekuk, kesal. Iya, kesal dengan maling, mungkin. Saya pun memahami kekesalan Beni. Bagaimana mungkin, dalam satu bulan bisa kemalingan tiga kali dalam jumlah uang yang cukup banyak. Siapa yang tak kesal? Siapa yang tak marah? Siapa pacar Julia Perez?

Sore hari sepulang sekolah formal, Beni balik ke pondok. Terlihat, di tangannya membawa sebotol air putih berukuran besar. Saya tak curiga dengan botol itu. Mungkin air putih biasa, pikir saya. Lah wong botolnya pun masih jelas ada labelnya, A-K-U-A. Tiba-tiba adzan maghrib pun membuyarkan lamunan saya.

Malam setelah takror, seluruh anak kamar disuruh berkumpul di kamar. Saya tak tahu ada apa gerangan. Di lantai tiga pesantren, kami berkumpul menjadi satu. Kamar yang tak selebar daun kelor membuat kami berdesakan. Beni membuka pembicaraan.

'Sebelumnya, aku minta maaf ke kalian semua. Akhir-akhir ini, duitku sering hilang. Bukan maksud menuduh di antara kalian ada yang mencuri, tapi aku cuma berusaha dengan mendatangi orang pintar. Dan dari orang pintar itu, aku dikasih air putih ini' Beni mengeluarkan air botol yang saya curigai sore tadi.

'Nah, sebelum aku meminta kalian untuk meminum satu persatu, aku cuma mau ngomong, kalau kalian ada yang ngambil duit aku, bilang saja, nggak usah malu. Aku, nggak, marah' lanjut Beni.

Beni menuangkan air botol ke gelas kecil bergantian. Satu persatu dari kami meminum bergiliran. Saya belum tahu maksudnya buat apa. Tapi, mitos dari anak-anak, katanya kalau yang minum si pencuri uang Beni, dia akan teler dengan sendirinya. Saya nggak tahu sistem kerjanya seperti apa. Tapi, yang saya tahu pasti adalah bahwa bangsa kita adalah bangsa yang paling suka percaya dengan mitos-mitos belaka. Ya toh?

Manbaul Hikam, 9 desember 2011~
Continue reading Siapa Malingnya?