Minggu, 18 September 2016

Semangat Agustus


'Anak zaman sekarang, sok ngerti! Merasa paling oke. Padahal ya ngga ada isinya' celoteh temen gue setelah dinyinyirin sama tetangga.

Semenjak lulus dari pesantren, atau lebih kurang lima tahun yang lalu, gue mulai aktif ikut organisasi yang ada di kampung gue. Sebut saja; Karang Taruna. Yap, gue ikut bergabung dengan organisasi tersebut. Organisasi yang menurut gue ada di tiap-tiap kota di seluruh Indonesia. Btw, di daerah kalian ada Karang Taruna ngga?

Selang beberapa tahun ikut organisasi tersebut, gue mulai banyak makan asam-manis berbagai pengalaman. Mulai dari bagaimana Karang Taruna bisa memiliki kas pribadi, hingga membuat suatu acara tanpa meminta sumbangan dari warga. Agustus kali ini, karang taruna kampung gue mengadakan acara perlombaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau boleh jujur, gue adalah orang yang paling bersemangat untuk merayakan hal semacam ini. Bukan tanpa alasan, karena menurut gue perayaan kemerdekaan seperti ini udah jarang ada di daerah lain. Seperti salah seorang teman yang pernah berkomentar di blog gue tahun lalu. Dia bilang, 'terakhir ikut lomba Agustusan waktu kelas 6 SD. Sekarang udah nggak pernah ikut. Soalnya nggak ada di kampungku'. Komentarnya bisa kalian baca di sini

Karena sudah semakin jarangnya orang-orang yang merayakan kemerdekaan di bulan Agustus, kadang gue sedih. Tapi, ya mau gimana lagi, wong kadang ada sebagian kelompok yang bilang ngerayain kemerdekaan itu Bid'ah. Malah yang lebih ekstrim, ada yang ingin merubah pancasila dengan khilafah. Lah, piye toh, kalau ingin merubah pancasila menjadi khilafah, berarti Anda semua nggak menghargai para pahlawan yang berjuang memerdekakan Indonesia. Udah nggak mau memperingati kemerdekaan, malah ingin merubah Pancasila. Dasar, lendir Anoa! Huh.

Kalau boleh jujur, kadang kesel juga sama tipe manusia seperti itu. Beruntung, gue bukan dari golongan mereka. Nggak kebayang aja kalau gue join sama mereka lalu berteriak dengan lantang; 'MERAYAKAN KEMERDEKAAN ITU BID'AH. JALAN SEHAT APALAGI!'. Lalu besoknya gue dibakar orang se-kampung. Dan, mati. Tapi, untungnya dari hati gue paling dalam lebih memilih untuk merayakan kemerdekaan daripada enggak. Karena menurut gue sederhana, lebih mudah merayakan kemerdekaan daripada memerdekakan Indonesia dari para penjajah. Sesederhana itu. Kalaupun kalian nggak mau merayakan, minimal tegakkan tiang beserta bendera Indonesia di depan rumah kalian, sekadar untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan. Udah itu aja. Nggak lebih.

Balik lagi ke Karang Taruna, tahun ini gue ditugaskan menjadi bendahara PHBN. Setelah tahun lalu sukses menjadi wakil, gue turun pangkat. Sebab, seperti kata Alm Gus Dur, 'tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan mati-matian'. Menjadi bendahara gue kira lebih mudah dibanding wakil, tapi ternyata tidak. Malah lebih rumit. Yang nyatet dana masuk lah. Yang nyatet dana keluar lah. Rumit pokoknya. Nggak semudah menjadi wakil, yang tinggal ongkang-angking kaki. Tinggal nyuruh. Hehehe. Jahat, ya, gue?




Sebagai pembuka, Karang Taruna mengadakan lomba untuk adek-adek ketemu gede. Lomba Makan Kerupuk. Alias lomba sejuta umat. Gue yakin 98% kalau lomba Agustusan pasti ada lomba makan kerupuk. Ibarat sebuah hubungan, lomba Agustusan dengan makan kerupuk itu sudah nggak bisa dipisahkan, sekalipun beda ormas.

     
Selanjutnya, ada lomba Sepak Terong. Lomba yang membutuhkan skill mengayunkan pantat. Entah siapa penemu lomba semacam ini. Kalau kalian nggak mempunyai skill mengayunkan pantat, gue sarankan jangan coba-coba, deh. Serius! Daripada entar encok, malah bikin repot.



Setelah dua lomba yang cenderung cegengesan tadi, nggak lupa Karang Taruna juga mengadakan lomba yang mendidik. Lomba Adzan bagi yang cowok. Dan bagi yang cewek, lomba mengaji. Biarpun lombanya menjurus ke serius, ada saja anak yang bikin ketawa. Lombanya memang adzan, tapi ada anak yang bukannya adzan malah iqomah. Yaudahlah, ya, namanya juga anak kecil. Bisa ikut partisipasi lomba aja, gue udah seneng.


Sebagai penutup Agustus, tak lupa kami mengadakan jalan sehat. Meskipun kali ini diadakan pada malam hari, tak mengurangi antusiasme warga untuk menghadiri acara yang berbasis keberuntungan tersebut. 




Sebagai penghibur, kami juga mengundang beberapa penyanyi dangdut untuk menghilangkan kebosanan karena menanti nomer undian. Apapun akan kami lakukan untuk memeriahkan kemerdekaan republik Indonesia. Ya, apapun. 

Mungkin cukup segitu cerita Agustus gue. Kalau cerita Agustus kalian gimana? Ceritakan di kolom komentar, ya! Ciaooo... 

   




Continue reading Semangat Agustus